virus pink

Berikut ini, bukan tulisanku loh. Hee... Hasil selancar niiih… Kebetulan terdampar di 'pulau' ini. Yaah, akhirnya 'kubawa' pulang... Lucuuu banget....sekaligus menggelitik, dan mengena! Yo wis, selamat membaca sahajaa...

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Akhi..... Kemarin, Aku jatuh cinta padamu... Sebuah rasa yang tak seharusnya singgah di hati ini. Ku biarkan bersemayam dan terus bersemi di sela-sela percakapan kita kala itu. Aku mungkin tak mengenalmu, kecuali di sini, di dunia maya ini. Tapi, sejuknya tuturmu dalam membahas setiap kemelut masalahku, mendekatkan jarak yang tak tersentuh itu di bilik hati.

Akhi, Segalanya dimulai dari sini. Awalnya padamu, hanya rasa kagum saja yang ku beri. Kagum pada pemikiran-pemikiran mu yang cemerlang, kagum pada kesholehan yang kau tampilkan di ruang mayamu, kagum pada kata-kata penuh hikmah yang kau coret di sela-sela catatanmu. Tak lebih. Lalu... Kekaguman itu membuahkan rasa penasaran, betapa aku ingin mengenal pribadimu. Dekat.. dan lebih dekat lagi. Tapi, sebagai seorang akhwat, aku terlalu malu untuk mulai sekedar menyapamu terlebih dahulu (takut engkau menganggapku akhwat centil), berharap engkau menghampiri akupun tak lebih hanya sebuah mimpi (toh, aku tak begitu penting bagimu, bahkan engkau tak mengenalku walau secuil pun).

Hari-hari ku lalui sembari memikirkan cara untuk bisa memulai perkenalan denganmu. Aha!!! Aku tau!!! Kenapa aku tak memulainya dengan pura-pura bertanya masalah seputar fikih, politik atau bertanya apa sajalah. Aku yakin, engkau pasti akan membantu menjawabnya sebisamu. Nanti, perkenalan yang kuinginkan bisa dirajut dari sini.

Ekspedisi pun dimulai. Dugaan ku benar. Segala tanya ku kau jawab dengan sangat memuaskan. Atau bila ragu, kau janjikan menjawabnya di lain hari. Aku senang. sangat – sangat senang. Sebenarnya kau tak perlu menjelaskan lebih banyak lagi. Toh, terkadang aku sudah tau jawabannya. bahkan lebih tau banyak darimu. Di google bisa ku temukan beragam jawaban dari tanya yang ku lontarkan padamu. Dunia maya mempermudah segalanya.

Detik waktu berlalu. Atas kecerewetanku yang tak henti-hentinya mengejarmu dengan beragam pertanyaan, membuat Kita semakin akrab, lebih akrab dari yang ku duga. Selanjutnya aku tak hanya sering bertanya padamu, bahkan mulai berani menceritakan beragam masalah pribadi yang ku hadapi padamu (curhat gettoh). Engkau tak pernah menolak, bahkan kau tenangkan segala pikiranku yang kusut akibat kemelut masalah yang datang di segenap aktivitasku. Solusi yang berisi Kata-kata menyejukkan dan bijaksana itu menghadirkan rintik-rintik rasa yang entah, rintik-rintik rasa yang menggetarkan perasaan, menghadirkan gamang ketika percakapan-percakap an yang kita lalui sore itu harus berakhir ketika adzan maghrib memanggil. Huuuffttt... Suatu ketika, kesibukan aktivitas yang menguras tenaga membuat ku tak sempat menyinggahi dunia maya hingga hitungan minggu. Ada rindu tak menentu (andai kau tau... bahkan ketika duduk, berdiri, berjalan, makan, bahkan mimpi-mimpiku semua berisi tentang kamu) menggodaku untuk kembali menapaki hari-hari penuh tawa bersamamu (shaaaaaaaaaaaaaaaa aaaap). kubuka inbox pada emailku... Waw!! Ada pesan darimu... "Ke mana aja ukh, lama gak keliatan. Sepi juga nih gak ada anti" Pada sederet kalimat itu, Senyum ku mengembang. Pipi ini merona merah jambu. Bahagia menelusup pada rindu-rindu yang ku pendam. Aku yang mudah tersanjung, yang mudah melambung, seketika merasa, perasaan yang ku biarkan tumbuh ini tak bertepuk sebelah tangan. Segera saja aku meluncur pada sebuah ruang tempat kita biasa berbagi cerita. Tak sabar ingin segera menyapamu lagi. Sayang, kau yang biasanya selalu duduk manis did aftar bangku sahabat-sahabat mayaku, kali ini tak kutemukan bersemayam disana. Kecewa ? tentu saja. Sebab tujuanku gentayangan disini hanya untuk bertemu denganmu. Satu detik, satu menit, satu jam, terus kutunggu.. nyatanya kau tak jua hadir hari itu. Gerimis membasahi hatiku atas segenap rindu yang tak terbayar kali ini. Biarlah... mungkin kau sibuk, toh besok-besok aku bisa mencarimu lagi di sini. Aaah... coba kalo aku punya no. hape mu..

Esoknya kucoba lagi menunggumu disini, kau masih tak datang. 2 hari, 3 hari, 1 minggu.. tetap tak ada kabar. Lantas, malu-malu kucoba tanyakan keberadaanmu pada sahabat ku yang juga mengenalmu disini. Ternyata ia juga mencarimu.. >_<>

Berminggu-minggu tak kusinggahi dunia semu penuh hayalan palsu yang sempat melukai hatiku itu, sampai akhirnya. kuputuskan untuk menemuimu lagi. Kali ini tak ada lagi nuansa rindu, secuilpun tidak. Kontemplasi panjangku di sudut kamar beberapa malam yang lalu, telah menyadarkan aku pada perasaan yang seharusnya tak pernah kubiarkan bersemi sebelum waktunya itu. Sebuah perasaan yang Allah haramkan menggerogoti hatiku. Zina perasaan. Aku sadar, hubungan kita di dunia maya kala itu adalah sebuah kesalahan. Dan syaithon membumbuinya dalam kegilaanku padamu. Aku hanya ingin memperjelas sikap-sikapmu padaku dan pada akhwat-akhwat yang kau tumbuhkan bibit cinta di hatinya itu.

Alhamdulillah, ternyata kali ini kau tak ke mana-mana. Ragu-ragu aku menyapamu. Kau membalas hangat sapaku, seperti biasa. Menanyakan kabarku, aktivitasku, dakwahku, semua tentang aku. Kujawab seadanya. Aku tak ingin terjebak kedua kalinya pada rasa yang salah. "Akhi... adakah akhwat yang rajin bertanya padamu selain aku ?" "Ya.." jawabmu datar. "Kenapa, ukh ?" lanjutmu penuh tanda tanya. "Berdasarkan survey yang kulakukan belakangan ini, ternyata anta termasuk jajaran top ikhwan di fesbuk ini. Ternyata banyak akhwat yang mengidolakanmu. " Paparku. "Oh ya ?? kok bisa sih ?? padahal ana biasa-biasa aja tuh." Masih datar. "Mereka bilang.... dari sekian banyak ikhwan yang berkelana di dunia maya ini, antumlah yang paling bijaksana, paling ramah, paling baik, paling luas wawasannya, paling pengertian, paling perhatian, paling....." "Eh ?? ntar..ntar.. " potongnya. "Paling perhatian ? paling pengertian ?? paling ramah ?? waddoohh... ana gak ngerasa gitu kok ukh. Perasaan, ana biasa-biasa aja deh menyikapi mereka yang sering bertanya ke ana, ya.. seperti sikap ana ke anti lah..." Aku tersedak. Kaget. Sumpah. kamu bilang sikapmu ke akhwat lain itu biasa aja, seperti layaknya kamu meladeni percakapanku ?? Tidakkah kamu sadar, bahwa sikapmu padaku –yang kau bilang biasa- itulah yang membuatku jatuh cinta padamu ?? lalu, bagaimana dengan berpuluh-puluh akhwat yang kau ladeni obrolannnya ?? ckckckckck.. . pantas saja banyak akhwat yang berpikir bahwa kau juga menyukai mereka, seperti aku. "Akhi, bolehkah ana mengoreksi sikap anta itu sedikit saja" "Ya, tafadhol ukh" jawabmu. "Mungkin anta gak sadar bahwa kebaikan, keramahan, serta sikap-sikap yang anta bilang biasa itu telah menimbulkan sebersit rasa yang seharusnya gak timbul di hati akhwat yang anta bantu pecahkan masalah"nya, yang anta henti-henti anta semangati hari-harinya, yang tak putus-putus anta nasehati segala lakunya..." "Rasa apa ??" selamu. "Rasa cinta" "Hah ??? Aku tau kau kaget. "Ana gak berniat begitu ukh. sungguh. Mereka bertanya, ya ana jawab. Mereka konsultasi, ya ana kasih solusi donk. Mereka cerita, ya ana ladeni. Mereka menyapa, ya ana jawab. Ana gak mau disangka sombong. Semuanya ana sikapi biasa-biasa aja ukh. Tapi, kalo akhwatnya merasa begitu....." Kutunggu kelanjutan pembelaanmu. Ternyata memang sengaja kau gantung hingga disitu. Kulanjutkan perkataanku "mungkin sikap seperti itu memang akan biasa-biasa saja, kalo lawan bicara anta itu sekaum dengan anta. Masih sebangsa ikhwan. Tapi, mereka akhwat akh.. perasaannya sensitif, mudah tersanjung, sedikit saja anta perhatian, mereka –termasuk ana- akan jadi berbunga-bunga (sebenarnya tergantung akhwatnya juga sich ^__^ kalo ana sih gak begitu Rei... Suuuerrrrrrr! !!!! Hihi). mereka akan berpikir, bahwa anta pun ada rasa terhadap mereka. anta tau kan.. semakin sering bertemu, semakin sering berbagi cerita, maka persentase djatoeh tjinta itu semakin besar ??" "Lalu ana harus gimana ukh ?? cuek aja waktu mereka nanya ?? ana gak bisa sesombong itu...." "Menurut ana..." jawabku "Seharusnya dari awal-awal anta udah kasih lampu merah ke mereka. saat mereka bertanya ke anta, untuk yang pertama kali bolehlah anta jawab. Tapi selesai menjawab.. bukankah ada baiknya anta tawarkan mereka untuk berkenalan dan bertanya tentang apa yang tak mereka ketahui pada akhwat yg juga luas wawasannya, juga fakih dalam masalah agama seperti anta. Lantas jelaskan padanya berbagai kemudhorotan yang ditimbulkan dari interaksi ikhwan wa akhwat di dunia maya yang penuh teppu dayee ini. Bukankah ini lebih menjaga hatinya, juga hati anta ?? agar dikemudian hari tak kan ada sentakan-sentakan rasa segala. Yang penting.. jangan biarkan percakapan anta dan mereka berlangsung lama, berlarut-larut, bahkan sampe curhat-curhatan segala. Anta tau kan, khalwat di dunia maya juga berbahaya. ^__^. Ada setan di bangku tiga. (opleeeet kaleeeeeeeee) "Yelah.. tapi jangan ana aja donk yang dinasehatin, akhwatnya juga dong. Biar gak nodong-nodong ana lagi dengan beribu pertanyaan" sewotnya. "Yuuppz.. akhwatnya juga, jangan sekali-kali nanya ke ikhwan. Toh, di dunia maya ini juga banyak akhwat-akhwat yang lebih cerdas daripada anta. :p selain itu, pertanyaan-pertanya an yang timbul ini sebenarnya bisa dicari jawabannya di kamar mbah google, tul gak ??" "Yaaaaaaaaaaaaaaaaa aaa…" "Pada dasarnya, kita –akhwat atau pun ikhwan- tau bahaya keseringan interaksi di dunia maya ini bisa merusak hati. Tapi, kadangkala ghorizah nau' ini mudah terpancing untuk disalurkan. Merasa butuh perhatian dari lawan jenis (Padahal di rumah ada ayah, adik, atau abang-abang kita yang juga berlawanan jenis dengan kita, lebih suuaayang lagi ama kita) Kalau sudah begitchu, kenapa gak merit aja sekalian yah.. Duit mah, urusan belakangan. Toh, anak ayam yang baru lahir aja udah disiapkan Allah rezekinya. Apalagi kita, anak manusia yang udah dewasa, punya akal yang top cerrrr lagi.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Haha, sebenarnya sih, ‘ngeri’ jugak euy, mempaste tulisan orang, apalagi bertajuk ini. Hmmpphh… Tapi, sekali-sekali bolehlah… Hihi. Abis, kenak protes siih, “kenapa siih, masih bahas2 beginian? Bukankah ini manjagoan nan lah lalok?” Hmmph….manjagoan nan lah lalok? Permasalahannya adalah ini semua, telah terjadi semacam pergeseran gituh. (sebenarnya, lebih tepatnya, menasihati diri sendiri loh…sstttt!)

Nah…nah…, dalam batasan interaksi ini, salah seorang sahabat pernah member masukan, dan sekaligus memberikan ‘definisi’ bagaimana dalam berinteraksi tersebut.

Dalam hal mu’amalah, konsepnya adalah semua hal boleh sampai ada dalil qath’I yang melarangnya. Lalu, bagaimana jika case nya adalah, SMS-an antara ikhwan dan akhwat? Adakah dalil qath’I yang melarangnya? Bagaimana sih, bagaimana interaksi itu masih digolongkan boleh, dan bagaimana yang tidak?” Nah… nah…, dalam interaksi tersebut, dalam komunikasi, Cuma melibatkan dua hal. Petama pengirim dan penerimanya dan kedua isinya. Jika isinya tidak bermasalah yah tidak apa-apa. Hati pun tidak akan bermasalah. Nah, berarti tiggal keadaan pengirim dan penerimanya. Jika hati mereka, atau salah satu mereka bermasalah, ya bisa jai masalah. Boleh jadi, putih yang dikirim, merah jambu yang diterima. Makanya, biar pesan yang disampaikan pas sesuai makna, kata-kata yang digunakan kudu jelas.

Alat dan sarana itu dihukumi sesuai tujuannya. Contoh, pisau, dia bisa jadi baik, jika tujuannya baik, missal buat qurban. Jadi buruk jika dipakai buat bunuhin orang. Nah, SMS dan media lain juga begitu. Tetaplah jaga adab. Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.

Masalah VMJ, adalah masalah yang benar-benar menganggu da’wah. Nah plajaran yang dapat diambil adalah, “Janganlah pernah engkau sandarkan hatimu pada seseorang, sebelum ia halal bagimu.” Jadinya, segera tepis was-was syetan dengan senaniasa menjaga Allah di hati kita.

0 Responses

    Blog Archive

    Entri Populer