Penciptaan Alam semesta

Bagaimanakah asal mula terjadinya alam semesta ini? Sejak zaman Yunani purba telah banyak para ahli yang menjawabnya. Banyak pula pada masa sekarang ini para sarjana yang mengemukakan berbagai macam hypothese. Para ahli filsafat dan perbintangan Yunani ada yang mengatakan bahwa alam ini mula-mula berasal dari air, ada pula yang mengatakan berasal dari angin, dari cahaya, dan sebagainya.

Sedangkan di antra hypothese yang dikemukakan para sarjana itu yang paling terkenal ialah hitpothese Kant dan La Place. Hypothese yang pada umumnya diterima oleh para ahli pengetahuan itu menyatakan bahwa mula-mula alam semesta itu berasal dari gumpalan-gumpalan kabut raksasa yang terdiri atas debu dan gas. Di antara kabut raksasa itulah kemudian terjadi tata surya kita, yang terdiri atas matahari, serta planet-planet yang mengitarinya. Bukankah proses terjadinya semua itu telah kamu pelajari dalam ilmu pengetahuan alam?

Sekalipun hypothese yang dikemukakan para ahli itu tidak memberikan gambaran yang sama, namun mereka bersepakat bahwa alam semesta ini mula-mula berasal dari bahan yang sama. Hal itu sesuai dengan firman Allah yang artinya:

"Dan apakah orang-orang yang kafir itu mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya". (QS. Al-Anbiya':30)

Dari apapun asal mula terjadinya alam, yang penting semuanya itu tidak mungkin akan jadi dengan sendirinya. Andaikata hypothese yang dikemukakan para ahli itu benar, dari manakah asal mula gumpalan-gumpalan kabut raksasa itu? Mungkinkah terjadi dengan sendirinya?

Bagaimana pun tidak akan masuk akal jika sesuatu dengan dirinya saja belum ada telah mempunyai kesanggupan untuk menjadi dirinya. Siapakah yang dapat bekerja sedemikian itu? Karena itu pasti ada yang menciptakannya. Dengan demikian, asal mula dan proses terjadinya alam semesta itu membuktikan adanya Allah, pencipta alam semesta.

Prof. Harshel, seorang ahli astronomi bangsa inggris berkata,"Setiap bidang ilmu pengetahuan itu makin meluas, makin bertambah pula bukti-bukti yang memastikan dan lebih mengokohkan perihal adanya Zat yang menciptakan, yang maha dahulu yang tidak ada batas kekuasaan-Nya, dan kekal selamanya".

Hal itu sesuai dengan firman Allah yang artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi (alam semesta) dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (QS. Ali Imran: 190)
Seorang ahli pikir Yunani Plato mengungkapkan kesannya dan keyakinannya kepada Allah SWT. sebagai berikut.

Bahwa di balik alam nyata ini, adalah hakikatnya Yang Maha Tinggi yang dari sana kita datang dan ke sana kita kembali. Itulah hakikat yang ada, penggerak yang tidak bergerak. Dialah wajibul wujud (yang pasti adanya), sedangkan yang tampak oleh mata kepala hanyalah mukminul wujud, sebab dia bisa musnah/lenyap.

Firman Allah yang artinya: "Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rizki untukmu. (QS. Ibrahim: 32).

Hanya mata orang yang tidak sehat sulit menyaksikan bukti-bukti itu, akal yang tumpul tak mampu menangkap dalil-dalil adanya Allah, dan hati yang kotor sulit menerima adanya Yang Maha Kuasa, yaitu Allah SWT.
0 Responses

    Blog Archive

    Entri Populer